Selasa, 13 Agustus 2013

Di Suatu Masa dengan Penuh Kebencian

Pernahkah di suatu masa kau merasakan kebencian yang teramat sangat? Kebencian yang tak pernah kau pikirkan sebelumnya? Kebencian yang menghapus semua suka dalam kehidupan? Pernahkah... Aku pernah, di masa ini... Aku membenci kebodohonku Aku membenci ketidakberuntunganku Aku membenci tangisku sendiri Aku membenci kesendirianku Aku membenci kemalasanku Aku membenci kepalsuanku Aku membenci diriku sendiri Aku membenci kamu Aku membenci dia Aku membenci mereka Aku membenci semua orang yang ada di sini Aku membenci jalan hidupku saat ini Aku membenci ekspektasi yang aku dan kamu buat sendiri Di suatu masa, di suatu sepi.. Aku benci, aku tantang pagi Aku benci, aku tanya kebenaran keajaiban yang selalu Ia sebuti Aku benci, aku jelas ingin pergi dari semua ini Aku benci, kata profesorku aku depresi Aku benci, ah siapa yang peduli?? Hahahahaha Di suatu masa dengan penuh kebencian.. Aku merenungi.. Aku menggali.. Aku menyakiti diri sendiri.. Di suatu masa dengan penuh kebencian, aku menyerah.

Senin, 22 Juli 2013

Selamat Pagi.... Rasanya pagi ini cerah sekali ya, hahaha iya ini perasaanku saja. Mungkin bukan pagi yang cerah tapi hatiku. Secara simbolis sudah selesai pelayananku emmm penderitaanku di organisasi itu. Ugghh dua tahun bukan waktu yang sebentar untuk setia, selalu ada keinginan untuk mundur tetapi banyak alasan untuk aku tetap di sini menjaga kesetiaan. Akhirnya semua selesai. Semua lelah, resah, marah,bahkan tawa luruh bersama air mataku waktu itu. Melihat pengurus-pengurus baru yang masih bersemangat ada terselip kepercayaan tinggi pada mereka bahwa mereka mampu memperbaiki semuanya. Ya, aku harus yakin bahwa mereka mampu. Lega pasti, tapi masih ada yang mengganjal sedikit. Aku masih ingin memperbaiki hubunganku dengan bos besar, rasanya sedih jika bertemu baik-baik tapi ditutup dengan perang dingin seperti ini. Ada banyak hal yang seharusnya memang harus dibicarakan, supaya aku benar-benar tenang ketika aku pergi dari organisasi ini. Oh iya, aku belum cerita, aku ingin vakum sejenak dari organisasi ini. Menata semuanya dari awal lagi. Masih banyak mimpi yang harus aku raih. Aku masih punya waktu satu bulan di sini, harus aku manfaatkan sebaik-baiknya. Masih banyak PR yang harus aku kerjakan. Jika sudah aku kerjakan seperti kebiasaanku biasanya, memandangi wajah mereka satu persatu karena aku tahu aku tak kan pernah tahu kapan aku bertemu mereka lagi. Yey, semangat!

Minggu, 23 Juni 2013

Sudah sepuluh tahun lamanya sejak saat itu. Ayahmu sudah terlihat jauh lebih tua dan lelah, berbeda dengan otakku yang masih cukup muda dan cemerlang untuk selalu mengingatmu.

Sabtu, 18 Mei 2013

Atau sejarah sesungguhnya tak pernah berhenti membuat catatan. Apabila sejarah tidak membuat catatan dalam prasasti atau lembaran kertas maka dia membuatnya di tempat lain. Tentang riwayat hidup seorang manusia misalnya, maka sejarah pertama-tama mencatatnya pada kepribadian si manusia itu sendiri. Pengalaman-pengalaman yang lembut dan santai mungkin tidak tercatat dalam garis-garis kehidupan secara nyata. Namun pengalaman-pengalaman yang keras dan getir tentu akan tergores dalam-dalam pada jiwa, pada sikap dan perilaku, dan tak mustahil akan mengubah sama sekali kepribadian seseorang (Ahmad Tohari, dalam jentera bianglala). Aku melihat dalam kedua bola matamu sebuah dunia yang putih bersih jauh lebih putih dan bersih daripada duniaku, dunia yang amat meletihkan jiwa dan raga dan buntu pada sebuah tanda tanya besar. Bola matamu,sungguh dunia yang jernih dan teduh ada di sana, dan aku harus mengakui dalam kecewa dan iriku bahwa dunia itu bukan milikku. Namun bukankah tiada halangan bagiku untuk sekedar numpang berteduh barang sejenak, numpang mengaso dari keletihan yang amat sangat?

Rabu, 27 Maret 2013

Hallo kamu yang selalu memuja sorot mata itu. Iya, katamu sorot mata penuh semangat yang menarik orang yang melihatnya untuk tersenyum, tertawa, ceria, dan bahagia. Hari ini kamu harus melihatnya lebih dalam lagi, jauuuuuh lebih dalam. Adakah kamu lihat ada setitik kelelahan dan kekecewaan di sana? Masihkah kamu mau memujanya? Ataukah kamu mau mengembalikannya seperti semula?

Selasa, 08 Januari 2013

Selamat Malam... Saat ini,saat saya menuangkan ini saya sudah tidak dalam keadaan emosi lagi, saya sudah terbiasa dengan hal semacam ini semenjak ber-partner kerja dengan Anda. Sungguh, jika tidak banyak orang komplain tentang hal ini, saya tidak akan mengusik kehidupan Anda melalui tulisan ini, tetapi karena banyak yang komplain, mau bagaimana lagi? berbicara langsung pada Anda jelas tidak mungkin, jadi terpaksa saya ngepyek di sini. Keluhan ini dimulai dari banyaknya tugas yang harus kita kerjakan untuk Natal kemarin sementara jelas saya tahu Anda sedang begitu banyak pikiran sehingga saya pikir Anda akan sulit memikirkan tugas kita. Namun, karena pada dasarnya saya adalah orang yang malas berhubungan dengan masalah orang lain ketika orang itu tidak menceritakan pada saya, maka saya anggap Anda mampu memikirkan tugas kita di sela-sela kesibukan Anda karena toh Anda tidak berbicara apa-apa pada saya. Sungguh, jika Anda bicara pada saya pasti akan saya bantu semampu saya. Sekali lagi, saya masih bertumpu pada keyakinan saya bahwa jika orang memiliki masalah sementara dia tidak mau membicarakan masalah itu dengan saya, saya yakin orang itu masih mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, itu bukan urusan saya. Berbekal keyakinan itu, saya menunggu Anda meminta bantuan, hingga pada hari-hari akhir permintaan itu tak kunjung datang. H-1 datang, saatnya kalang kabut persiapan. Anda menyerahkan segala hal ke satu orang, sementara Anda tidak memberikan alasan kenapa Anda menyerahkan hal tersebut. Semua bingung, apalagi sayaaa.. Ungkapan kekecewaan dari beberapa orang mengalir dari mulai "kenapa mendadak?", "kenapa Anda terlihat 'nggampangke'", di mana Anda saat itu? "Bagaimana jika kami harus mengerjakannya sendiri tanpa seorang yang ahli", bahkan pernyataan pamungkas "Anda terlihat melepaskan tanggung jawab." Pada awalnya, saya masih bisa objektif (lebih tepatnya untuk mendamaikan diri saya sendiri) berusaha mengerti kesibukan Anda sehingga tidak mampu memikirkan tanggung jawab ini, tetapi tidak dapat dipungkiri apa yang mereka pikirkan sama persis dengan apa yang saya pikirkan sehingga saya terjerumus dalam pemikiran negatif tersebut. Namun,bagaimanapun juga hari H pun datang, sudah bukan saatnya menyalahkan dan disalahkan, apa yang ada di depan kami saat itu ya itu yang harus kami kerjakan. Dengan berbagai pikiran yang berkecamuk, kami menyelesaikan tugas kami tanpa Anda. Acara ini selesai, Puji Tuhan jerih payah kami mendapatkan apresiasi meski persiapan amburadul. Saya menyadari, ucapan terima kasih itu bukan semata untuk saya, tetapi untuk orang-orang hebat rekanan saya dalam bekerja, tanpa mereka toh saya tidak akan dapat berbuat apa-apa,itulah mengapa saya menyalurkan ucapan terima kasih itu. Meski terlihat norak dan lebay, ya itulah cara saya memanusiakan manusia. Meski begitu, saran saya ke depannya untuk Anda adalah jika memang Anda tidak mampu katakanlah tidak mampu, berikanlah tugas itu pada orang lain dengan baik dan tidak dalam jangka waktu yang mepet. Jika Anda tidak nyaman pada saya, bicaralah pada orang lain. O ya, kami manusia bukan mesin, perlakukanlah kami selayaknya manusia! Sekarang Anda pergi tanpa menyerahkan tanggung jawab Anda kepada siapapun, apalagi saya, lalu apa yang harus saya lakukan? Saya toh tidak memiliki kewenangan apapun...

Senin, 24 Desember 2012

Selamat Natal :) Pagi ini di tengah gegap gempita dan kemeriahan Natal anak-anak saya menangis. Ya, sungguh saya benar-benar menangis dan mengeluarkan apa-apa. Saya tidak mampu menafikkan kekecewaan saya. Saat itu saya benar-benar menyadari bahwa tidak rasa memiliki dalam hati kita masing-masing. Seolah semua hanya berkaitan dengan tanggung jawab. Kecewa pasti, tapi mau berbuat apa? Jika saya yang menjadi mereka, mungkin saya juga akan melakukan hal yang sama. Ah sudahlah, saya harus banyak belajar mengenai rasa memiliki . terima kasih